Translate

Minggu, 23 Desember 2012



Tinjauan umum pandangan dunia teknologi komunikasi didalam kehidupan budaya

Kini tentu tidak asing lagi dengan hasil teknologi komunikasi. Semakin
hari teknologi komunikasi semakin mengembangkan kecanggihannya. Semula
hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, berikutnya berkembang
bertambah fungsi sebagai alat komunikasi sekaligus radio, berikutnya
dapat digunakan untuk koneksi internet, kemudian ditambah kamera
untuk memotret, lalu ditambah kamera untuk video shooting. Kini
berkembang dengan teknologi 3G, yaitu berkomunikasi dengan saling
melihat mitra bicara melalui layar telepon seluler. Perkembangan teknologi berlangsung begitu pesat. Manusia akhirnya dipaksa untuk mengikuti perkembangan tersebut. Dengan adanya teknologi, manusia diuntungkan, namun juga dapat
sebaliknya.
Ada beberapa pendapat tentang definisi ilmu pengetahuan. Salah
satunya berasal dari J. Haberer. Menurut J. Haberer, ilmu pengetahuan
adalah suatu hasil aktivitas manusia yang merupakan kumpulan teori,
metode, dan praktik yang menjadi pranata dalam masyarakat,
sedangkan menurut E. Cantote, ilmu pengetahuan adalah suatu hasil
aktivitas manusia yang mempunyai makna dan metode.
                       
Sedangkan teknologi adalah segala tindakan baru yang digunakan oleh manusia untuk mengubah alam, termasuk tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain. Teknologi bermula dari hal-hal yang sederhana. Menciptakan sesuatu untuk mengatasi persoalan yang ada pada kehidupan sehari - hari. Teknologi kemudian berkembang kepada hal-hal yang lebih rumit dan kompleks. Dengan demikian juga diperlukan tingkat teknologi yang lebih tinggi. Y.B. Mangunwijaya mengatakan bahwa menurut Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, masyarakat Indonesia membutuhkan tiga jenis teknologi, yaitu teknologi maju, teknologi adaptif (menyesuaikan), dan teknologi protektif (teknologi perlindungan).

a. Teknologi Maju
Teknologi maju adalah teknologi yang memiliki tingkat kerumitan dan kecanggihan lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi biasa. Contoh dari teknologi ini antara lain satelit, radar, nuklir, pesawat ruang angkasa, dan lain-lain.
b. Teknologi Adaptif
Teknologi Adaptif adalah teknologi yang dapat menyesuaikan kebutuhan manusia. Contohnya adalah telepon. Awalnya telepon adalah alat komunikasi yang dihubungkan ke operator namun kemudian berubah. Pesawat telpon dapat dihubungkan langsung kepada yang dituju tanpa operator. Kini telepon dapat digunakan tanpa menggunakan kabel. Perubahan pesat pada elemen kegunaan pada telepon genggam; dapat digunakan mendengarkan radio, membaca email, hingga temu muka melalui layar monitornya.
c. Teknologi Protektif
Teknologi Protektif adalah teknologi yang mampu melindungi manusia. Contoh dari teknologi ini adalah senapan mesin. Senapan mesin memiliki kecanggihan memuntahkan peluru sebagai senjata untuk pertahanan diri. Oleh karena itu, senapan mesin termasuk dalam teknologi protektif. Senapan tersebut dapat digunakan sebagai teknologi protektif.

Masalah Teknologi dan Gaya Hidup
Kajian atas teknologi menjadi semakin meluas dan menarik dengan mengkaitkannya pada persoalan gaya hidup. Dalam konteks masyarakat perkotaan yang notabene teknologi lebih banyak diciptakan maka teknologi berkaitan erat dengan masalah gaya hidup. Bahkan tidak jarang teknologi kemudian menjadi tolok ukur tingkat gaya hidup seseorang atau menunjukkan status tertentu. Setiap individu di daerah perkotaan tampaknya tidak bisa menghindari adanya status atau kelas sosial yang biasanya diukur melalui kebendaan material semata. Telepon seluler (handphone) menjadi kasus yang tepat dalam analisis ini. Dari tahun ke tahun teknologi telekomunikasi dalam bentuk handphone ini seolah merajai pasar piranti telekomunikasi di Indonesia. Perusahaan Nokia adalah perusahaan telekomunikasi yang paling banyak mengeruk keuntungan di pasar Asia Tenggara dengan omzet penjualan handphonenya yang terus meningkat. Perusahaan ini selalu melakukan inovasi dalam bentuk fisik handphone berikut spesifikasinya sehingga jenisnya pun beragam disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Nokia jeli melihat pangsa pasar sehingga produknya laku keras di pasaran. Saat handphone masih menjadi barang elektronik yang langka maka benda material tersebut menjadi salah satu tolok ukur gaya hidup masyarakat modern. handphone menjadi simbol status seseorang yang memiliki atau menggunakannya karena harga sebuah handphone berikut kartu selulernya mahal dan hanya tercapai oleh masyarakat pada status sosial tertentu saja. Ketika harga handphone mulai turun maka orang mulai banyak yang membutuhkannya padahal pada awalnya tidak butuh entah karena memang benar-benar membutuhkan secara fungsional ataukah membutuhkan secara sosial untuk gaya hidup. Menurunnya harga handphone juga membuat segregasi diantara masyarakat karena jenis dan variasinya pun semakin beragam tergantung dari kecanggihannya. Harga ini sendiri menyimbolkan status sosial dari pemiliknya sehingga jelas sudah bahwa teknologi turut memberikan kontribusi dalam pelapian sosial suatu masyarakat. Seorang direktur layaknya memiliki handphone dengan kapasitas mini komputer dan fasilitas jaringan internet serta fitur-fitur canggih yang terintegrasi dalam sebuah handphone karena ini akan memperlihatkan siapa dirinya. Dengan alasan inilah orang kemudian rela membeli handphone dengan harga jutaan rupiah hanya karena memperhitungkan gengsi dan posisi sosial dalam masyarakat semata. Orang tidak mau dianggap rendah, miskin apalagi tidak modis dengan menggunakan handphone yang modelnya tidak up to date, apalagi jika sampai tidak memakai atau menggunakannya. Dengan demikian, sebuah benda hasil teknologi buatan manusia sudah bergeser kegunaannya. Apabila sebelumnya teknologi diciptakan dengan mempertimbangkan nilai gunanya (use value) namun semakin modernnya suatu mayarakat yang ditandai atau disimbolkan dengan berbagai benda material berupa teknologi maka fungsi sejati teknologi sudah kabur. Dia
tidak lagi diciptakan dengan pertimbangan nilai guna namun lebih diproduksi dengan pemikiran nilai simboliknya (symbolic value). Orang tidak lagi menilai sebuah handphone dari apa fungsinya namun dari bagaimana handphone kemudian memberikan efek simbolik kepada diri si pemakainya

.
Dampak Iptek Terhadap Masyarakat dan Budaya Setempat

Penerapan Iptek dalam pembangunan telah meningkatkan kehidupan
masyarakat dan memajukan kehidupan bangsa dan negara di berbagai sektor. Namun harus disadari di balik semua itu ada dampak-dampak negatifnya terhadap lingkungan hidup. Yang dimaksud lingkungan hidup dalam hal ini adalah menyangkut lingkungan alam, lingkungan sosial dan budaya. Lingkungan alam adalah segala kondisi alam baik yang organik maupun anorganik (tumbuh-tumbuhan, binatang, air, tanah, batuan, udara, dan lain-lain). Sedangkan lingkungan sosial adalah semua manusia yang ada di sekitar, baik perorangan maupun kelompok ( misalnya keluarga, teman sepermainan, tetangga, dan teman sekerja). Kemudian juga menyangkut lingkungan budaya, yakni hal-hal yang berkaitan dengan karya cipta dan hasil perbuatan atau tingkah laku manusia misalnya yang menyangkut gagasan, norma, kepercayaan, adat istiadat, pakaian, rumah, dan lain-lain.
         
1. Perubahan Tata Nilai
Berbagai penemuan teknologi telah membawa perubahan yang begitu cepat dalam tata kehidupan masyarakat. Perubahan itu antara lain cara orang bekerja, gaya hidup, dan tata nilai masyarakat.
Berbagai penemuan dan penerapan teknologi telah membuka fase industrialisasi. Teknologi dan industrialisasi cenderung mempercepat tempo kehidupan, pengangkutan serba cepat, dan komunikasi secepat kilat. Ciri masyarakat industrialis akan samgat tergantung pada produk teknologi. Ketergantungan ini telah mendorong pada pilihan-pilihan yang terkait dengan reward (keuntungan) dan cost (biaya). Untuk mencapai kesejahteraan hidup, orang cenderung untuk mendapatkan keuntungan dan memperkecil biaya. Hal ini telah mengarahkan manusia ke dalam paham materialisme. Akibatnya, ketergantungan manusia terhadap sesamanya semakin berkurang. Ikatan sosial tradisional akan semakin luntur dan beralih pada ikatan kepentingan dengan pertimbangan untung dan rugi. Muncullah tata nilai budaya yang individual materialistik. Nilai-nilai kegotongroyongan, terutama di lingkungan masyarakat kota mulai melemah.

2. Adanya Kesenjangan Sosial
Perkembangan industri dapat meningkatkan pendapatan dan membuka lapangan kerja. Tetapi juga memunculkan kesenjangan sosial di masyarakat. Muncullah kelompok masyarakat pemilik modal yang kaya bahkan menjadi konglomerat, tetapi juga ada kelompok masyarakat yang tidak memiliki ketrampilan. Mereka yang tidak menguasai teknologi akan semakin ketinggalan dan hidup miskin. Terjadilah jurang perbedaan yang begitu dalam antara si kaya dan si miskin. Hal ini dapat mendorong kecemburuan sosial dan kerawanan keamanan. www.studentsite.gunadarma.ac.id

            www.bse.kemdiknas.go.id

Nama           : Nurilita Wiguna
NPM             : 15212500
Kelas            : 1EA28
Mata kuliah : Ilmu Kebudayaan Dasar  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar