YANG DISINI, TUAN
Kau
lihat yang disini, Tuan?
Lapar,
sedih, kurus tak berdaging
Kau
lihat yang disini, Tuan?
Harap
dan tangis menjadi-jadi
Sedang
apa disana, Tuan?
Tertawa
bahagia bertopang kaki
Pertemuan
tak kau hadiri
Hadir
pun kau tak peduli
Ingatkah
kau, Tuan?
Akan
janji-janji manis
Menghidupi
dengan sesuap nasi
Untuk
kami si rakyat kecil
Kemana
semua itu, Tuan?
Jangankan
emas, padi pun tak sampai
Kau
janjikan sejahtera
Tapi
janjimu tak tertera
RINDU
Jika
rindumu benar
Mengapa
jarak masih ada?
Jika
cintamu benar
Mengapa
ragu pun menerpa?
Kau
tahu?
Sosok
sepi hidup dalam diri
Tawa
yang lain aku pungkiri
Tangis
hati menjerit-jerit
Kau
dimana?
Ruang
kecil itu hampa
Keluarlah!
Keluarlah!
Datang
dan hancurkan sepi ini
AYAH
Sosok
yang selalu tegar
Tapi
yang tertegas
Katanya
terkadang pahit
Hingga
hati ini terhimpit
Sosoknya
tidak difoto
Dialah
yang memfoto
Di
album yang tergeletak
Senyumnya
tak tercetak
Tidak
berpikir rencana
Tapi
bertindak usaha
Peluhnya
banjir hingga renta
Cintanya
tetap sampai tua
PERGI
Aku
mencarimu
Hal
yang tak pernah aku temukan
Aku
mendengarmu
Suara
yang tak pernah aku dengar
Hari
dimana kau pergi
Semuanya
pun berhenti
Burung
tak bernyanyi
Pohon
tak menari
Aku
pikir semua akan berhenti
Hanya
dengan aku berhenti memikirkanmu
Tapi
tidak, kembalilah
Aku
ingin cinta, ketika kita disana
KEMARIN
Kemarin,
Adakah
angin yang berbisik?
Apakah
dia mengatakan lara ku?
Atau
semua untaian kata ku?
Kemarin,
Apakah
ombak itu menjerit?
Apa
yang kau dengar?
Gemuruh?
Hanya itu?
Jika
kemarin kau datang
Kau
pasti dengar semua
Tentang
angin berbisik cinta
Dan
ombak menjerit cerita kita
Nurilita
Wiguna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar